RSS

Perbandingan Feminisme Liberal, Radikal, dan Sosialis

Sejak zaman dahulu, posisi perempuan memang sudah termarjinalkan dan dianggap lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Penindasan terhadap kebebasan perempuan (feminin) serta adanya diskriminasi dalam semua bidang (sosial, pekerjaan, pendidikan, agama, dan terlebih lagi dalam bidang politik), memicu timbulnya suatu gerakan yang menyuarakan aspirasi kaum perempuan pada saat itu yang disebut juga dengan Feminisme. Dalam hal ini terdapat tiga tipe feminisme, yang pertama adalah feminisme liberalis, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Tiap tipe feminisme tersebut menanggapi penindasan wanita dengan cara yang berbeda, menunjuk penyebab yang berbeda, serta menawarkan solusi yang berbeda pula.

Tipe feminisme pertama yang akan dibahas adalah mengenai feminisme liberal. Seperti yang kita ketahui bersama, masyarakat yang menganut paham liberal biasanya sangat mengedepankan sekali perjuangan kesetaraan, kebebasan, dan pemenuhan hak-hak hidup mereka. Karena mereka sangat menjunjung tinggi kebebasan serta kesetaraan hak, maka muncullah gerakan yang dilakukan oleh kaum feminis liberalis yang beranggapan bahwa masyarakat telah melanggar nilai tentang hak-hak kesetaraan terhadap wanita, terutama dengan cara mendefinisikan wanita sebagai sebuah kelompok bukan sebagai individu, serta adanya pengakuan eksistensi mereka terhadap kaum laki-laki. Inti ajaran feminis liberal adalah memfokuskan pada perlakuan yang sama terhadap wanita di luar dan di dalam keluarga. Selain itu perjuangan juga harus menyentuh kesetaraan politik antara wanita dan laki-laki melalui perwakilan- perwakilan wanita di ranah-rnah publik. Tidak dapat dipungkiri bahwa para feminis liberal aktif memonitor pemilihan umum dan mendukung laki-laki yang memperjuangkan kepentingan wanita bahkan hingga saat ini. Terlepas dari peran yang tinggi dalam bidang politik, sebenarnya kaum feminis liberal menginginkan adanya pembagian tugas dalam hal rumah tangga dan suaranya turut diakui dalam keluarga, sehingga perempuan tidak dipandang sebelah mata dan juga memiliki posisi yang kuat dalam keluarga, yang pada nantinya akan berlanjut pada posisi mereka di dalam pergaulan sosial. Sebenarnya apa kritik yang signifikan untuk Feminisme Liberal? Hal penting yang harus dikemukakan ialah bahwa Feminisme Liberal tidak pernah mempertanyakan ideologi Patriarki dan sama sekali tidak bisa menjelaskan akar ketertindasan perempuan. Mereka hanya mengatakan, permasalahan pada perempuan selama ini ialah pada perempuan sendiri dan jalan keluarnya ialah perempuan yang harus membekali diri sendiri dengan pendidikan dan pendapatan.

Tipe feminisme yang kedua sebenarnya telah muncul sebelum feminisme liberalisme mencuat ke permukaan. Feminisme radikal lahir dari aktifitas dan analis politik mengenai hak-hak sipil dan adanya gerakan perubahan sosial pada tahun 1950an dan 1960an, serta gerakan-gerakan wanita yang semarak pada tahun 1970an. Dapat dikatakan bahwa feminis radikal bertolak belakang dengan feminis liberal. Perbedaan cara pandang ini terletak pada inti ajaran feminis liberal dimana mereka lebih menekankan pada kesamaan antara perempuan dan laki-laki, sedangkan feminis radikal lebih menekankan pada perbedaan antara wanita dan laki-laki. Misalnya dengan bagaimana cara mereka mengkonseptualisasikan kekuasaan secara berbeda. Jika laki-laki berusaha untuk mendominasi dan mengontrol orang lain, wanita lebih tertarik untuk berbagi dan merawat kekuasaan. Selain itu, Feminisme radikal juga beranggapan bahwa penindasan wanita adalah ciptaan sistem patriarki, sebuah sistem dominasi dimana pria sebagai sebuah kelompok mempunyai kuasa atas wanita sebagai suatu kelompok. Inti ajaran dari feminisme radikal adalah bahwa pengalaman-pengalaman individual perempuan mengenai ketidakadilan dan kesengsaraan yang oleh para perempuan dianggap sebagai masalah-masalah personal, pada hakekatnya adalah isu-isu politik yang berakar pada ketidakseimbangan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki. Selain itu, mereka juga memprotes eksploitasi wanita dan pelaksanaan peran sebagai istri, ibu, dan pasangan sex laki-laki. Dan yang terakhir adalah paham dan gerakan ini menolak sistem hierarkis yang bersrata berdasarkan garis gender dan kelas.

Dan pembahasan yang terakhir adalah mengenai feminisme sosialis. Feminis sosialis mulai dikenal sejak tahun 1970an. Pandangan ini merupakan sintesa dari pendekatan historis-materialis Marxisme dan Engels, tapi sangat disayangkan bahwa banyak pihak yang kurang puas karena analisis Marx dan Engels tidak begitu membahas lebih lanjut mengenai penindasan dan perbudakan terhadap perempuan dan menganggap bahwa opresi pekerja lebih penting daripada opresi terhadap perempuan. Feminisme Sosialis mencoba membongkar akar ketertindasan perempuan dan menawarkan ideologi alternatif yakni: Sosialis. Penindasan terhadap perempuan tidak akan berakhir selama masih terus diterapkannya sistem kapitalisme. Inilah yang dikatakan sebagai peminggiran peran perempuan sebagai bagian dari produk sosial, politik dan ekonomi yang berhubungan dengan keberadaan kapitalisme sebagai suatu sistem. Inilah penindasan yang berakar pada keberadaan kelas-kelas dalam masyarakat. Pemikiran dasar feminis sosialis adalah jika kapitalisme hancur, maka sistem patriarki juga hancur, dan hubungan antara ekonomi dengan materi tidak berubah kecuali jika ada perubahan ideologi sehingga perempuan harus menghadapi kapitalisme dan patriarki. Pada prakteknya, perjuangan pembebasan perempuan tak bisa dipisahkan dari perjuangan Sosialisme; karena secara sistematis Kapitalisme dengan alat-alat ideologi dan alat-alat kekerasannya, melakukan penindasan pada semua sektor masyarakat. Kapitalisme secara frontal memerlukan penindasan terhadap pekerja (sehingga seorang buruh perempuan, harus mengalami dua lapis penindasan : baik sebagai buruh, maupun sebagai perempuan). Oleh karena itu, Agenda perjuangan untuk memeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki.

Dibalik segala perbedaan antara ketiga tipe feminisme tersebut tentu tetap mengarah pada tujuan yang sama yaitu menjunjung hak azasi perempuan untuk terbebas dari penindasan, memberi kesempatan pada perempuan untuk berbicara atas nama dirinya dan berdasarkan suaranya sendiri, mendengarkan terhadap apa yang seharusnya dinyatakan oleh wanita, mengahargai kontribusi wanita, dan mencari kesesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dengan cara-cara pencapaian tujuan itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: