RSS

Isu Gender: Pelecehan Seksual terhadap Tentara Wanita dalam U.S. Military Forces

Diskriminasi gender masih berlangsung di berbagai aspek kehidupan di seluruh dunia walaupun ditemukan banyak sekali kemajuan dalam kesetaraan gender pada beberapa decade terakhir ini. Sifat dan tingkat diskriminasi tentunya sangat beragam di berbagai Negara atau kawasan. Jika di Negara-negara maju telah berlaku kesetaraan gender di semua bidang, namun hal ini tidak berlaku di Negara-negara berkembang. Di beberapa Negara berkembang, pemberlakuan kesetaraan gender dapat dikatakan sangat minim sekali, khususnya kesetaraan dalam hak-hak hukum, social, dan ekonomi.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pemberlakuan kesetaraan gender di Negara-negara maju tentunya telah diimplementasikan ke semua bidang. Sebagai contohnya adalah Amerika Serikat, sebuah Negara yang terkenal sekali akan perjuangan kebebasan, pemenuhan hak setiap individu, dan sebuah Negara yang menganut paham liberal. Jika kita melihat secara keseluruhan, Amerika Serikat dapat dikatakan merupakan contoh ideal untuk pemenuhan hak kesetaraan gender, hal ini dapat terlihat bagaimana peran wanita yang begitu besar di segala bidang (ekonomi, kesenian, militer, pendidikan, social, dan lainnya). Dapat dikatakan bahwa setiap wanita memiliki peluang yang sama dengan pria dalam setiap kompetisi yang ada, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada area-area yang terlarang bagi wanita. Hal ini sesuai dengan asumsi yang dibawa oleh teori feminis liberal bahwa untuk memperjuangkan ekualitas antara laki-laki dan perempuan, maka mau tidak mau harus ada kesamaan akses antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh berbagai akses baik dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Feminis liberal memiliki pandangan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan secara fundamental antara wanita dan pria, dan keduanya dapat dipandang sebagai manusia dengan kualitas rasionalitas yang sejajar. Feminis liberal menganggap bahwa “keterlambatan” perempuan dalam berkembang diakibatkan kurangnya distribusi hak antara laki-laki dan perempuan untuk berkiprah dalam sektor publik. Sejalan dengan pemikiran ini, guna dapat memaksimalkan partisipasi wanita dalam berbagai aspek bidang, pemerintah seharusnya dapat lebih memaksimalkan akses-akses yang dapat digunakan oleh wanita untuk lebih meningkatkan potensi yang ada agar dapat bersaing secara sehat dengan pria dalam kiprahnya di sector publik.
Salah satu bidang yang menjadi sorotan essai ini adalah bidang militer. Sesuai dengan ideology kebangsaannya yang sangat menjunjung tinggi kebebasan dan pemenuhan hak warga negaranya, AS tentunya memberikan ruang dan peluang bagi wanita yang ingin berkarir di bidang militer. Berikut adalah data statistik mengenai jumlah tentara wanita yang bergabung dalam U.S Military Forces periode 1970-2000.

Gambar 1. Persentase tentara wanita periode 1970-2000


Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 1970 – 2000, terjadi kenaikan yang signifikan atas bergabungnya wanita dalam pasukan militer Amerika Serikat, yakni sebesar 19.3 % untuk angkatan darat, 15.5 % untuk angkatan darat, 13.6% untuk angkatan laut, dan 6.1 % untuk marinir. Untuk tahun-tahun selanjutnya pun dapat dikatakan terus mengalami kenaikan. Melihat kondisi seperti ini seharusnya pemerintah tidak hanya memberikan akses saja bagi wanita, tetapi juga diperlukan adanya pembentukan lembaga-lembaga yang dapat menjamin kesehatan dan keselamatan bagi wanita. Terlebih lagi sejak tahun 2003- 2009, AS gencar melancarkan serangan ke Irak dan Afghanistan, yang tentunya telah menelan banyak sekali korban. Tapi tentunya, dalam kondisi AS yang gencar melakukan perang, tidak menyurutkan minat wanita untuk bergabung dalam pasukan militer AS. Berikut ini merupakan data jumlah tentara wanita yang bergabung dalam U.S Military di tahun 2009.



( mau tau lebih lengkap comment atw asking by email yaa ;D)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: