RSS

Berburu Anggrek Papua

Berburu Anggrek Papua



Keberangkatan saya menuju Papua tentu saja disambut gembira oleh keluarga. Sebelum berangkat, Ibu saya berpesan," Jangan lupa bawa anggrek ya", begitu ujarnya. Awalnya saya hanya menganggap sepintas lalu karena saya kira anggrek yang ada di Papua, ada juga di Jawa.

Perjalanan berburu anggrek ini saya mulai dari perjalanan hari ketiga di Papua. Pertama kali saya menyadari bahwa anggrek Papua itu begitu spesial adalah ketika kami berkunjung ke Hutan Wapsdori. Dalam perjalanan menuju air terjun Wapsdori, kami melihat begitu banyak jenis anggrek dan sangat indah. Seketika saya teringat pesan Ibu saya yang sangat menginginkan anggrek. Di dalam hutan Wapsdori, saya melihat beberapa jenis anggrek tanah, anggrek macan, dan anggrek kelinci. Ingin sekali saya memetik dan membawanya pulang. Namun, saya sadar bahwa kita tidak boleh sembarangan dalam memetik tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan.

Sekembalinya mengunjungi hutan Wapsdori, saya bertekad akan mencari anggrek yang hanya ada di Papua, untuk di bawa pulang. Perjalanan kedua saya berburu anggrek adalah ketika tim kami berada di daerah Supiori Barat, Biak. Menyusuri sungai dan menjelajah cagar alam Wabudori membuat saya takjub. Anggrek ini seakan seperti ilalang yang tumbuh dan ada dimana saja. Bahkan di saat kami menyusuri sungai Wabudori pada perjalanan pulang, kami melihat bunga anggrek yang sangat besar sekali dan berwarna putih. Sayangnya, karena kecepatan perahu yang kami naiki, membuat kami tidak dapat memfoto dan memetik bunganya. Kandas lagi niat saya memiliki anggrek.

Sekembalinya kami di Biak setelah berkunjung ke Supiori, kami mampir ke salah satu tempat pemandian terkenal, yakni Kolam Biru. Sebuah fenomena yang sangat aneh arena kolam ini berwarna sangat biru, tetapi tidak ada tumbuhan air yang menjadikannya berwarna biru. "Mungkin karena kandungan mineralnya", ujar partner ACI saya, mas Endro. Di sekeliling kolam itu terdapat anggrek tanah yang sering kali saya jumpai di hutan. Oleh karena itu, setelah kami puas berfoto, saya menyempatkan diri untuk bertanya dengan salah seorang penduduk yang ada di sana mengenai anggrek. Ternyata beliau memiliki banyak sekali anggrek di rumahnya. Akhirnya saya memborong tiga jenis anggrek untuk di bawa pulang. Syukurlah akhirnya kesampaian juga niat saya.

Walaupun anggrek sudah di tangan, tetapi saya masih mencari satu jenis anggrek yang hanya ada di Papua, yaitu anggrek hitam. Sesuai namanya, anggrek ini memiliki bunga berwarna hitam. Saya pikir anggrek ini akan menjadi oleh-oleh yang spesial untuk Ibu saya. Tapi sepertinya saya harus mengurungkan niat saya karena anggrek jenis ini termasuk tumbuhan yang dilindungi dan tidak bisa di bawa hingga keluar Papua. Selain itu, karena anggrek hitam ini sangat sulit di dapat, harganya sangat mahal. Jadi mau tidak mau saya harus mengurungkan niat untuk mendapatkan anggrek tersebut.

Di tengah kesedihan tidak bisa memiliki anggrek hitam, saya kembali ceria setelah mendengar bahwa kami akan mengunjungi Taman Anggrek dan Taman Burung. Memang saya tidak bisa berburu anggrek di sana, tetapi setidaknya saya dapat mengenal dan melihat berbagai jenis anggrek yang ada di Papua. Sayangnya, saat berkunjung ke sana, anggrek-anggrek tersebut blm pada masa berbunga. Jadi, saya hanya dapat berpuas diri dengan melihat daun-daun anggrek tanpa dapat melihat keindahan bunganya.

Perjalanan tim kami berlanjut ke Nabire. Berkeliling pulau-pulau yang ada di Teluk Cendrawasih tentu saja sangat menyenangkan. Yang lebih menyenangkan lagi, di saat kami bermalam di salah satu pulau yang ada di Teluk Cendrawasih, yakni Pulau Moor, saya diberi beberapa anggrek oleh penduduk setempat. Anggrek tersebut adalah anggrek Macan, anggrek Besi, dan anggrek Kribo.
Perjalanan berburu Papua benar-benar menyenangkan. Bagi anda pecinta anggrek, mungkin Papua adalah surganya. Dapat dikatakan semua jenis anggrek ada di sini. Bahkan anda cukup datang ke hutan dan memetik sendiri anggrek yang anda inginkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: