Selama tahun 1980an, terjadi dua perdebatan dalam hubungan internasional. Yang pertama adalah perdebatan antara neo-realis dan neo-liberalis. Kedua, antara rasionalis dan teori kritis. Setelah berakhirnya Perang Dingin, perdebatan tersebut beralih menjadi antara rasionalis dan konstruktivis, dan antara konstruktivis dan teori kritis. Dalam hal ini, konstruktivisme menekankan pada pentingnya hal-hal yang bersifat normatif seperti halnya struktur material dalam merumuskan keputusan-keputusan politik dan dalam hubungan antara agen dan struktur.
Perdebatan antara neo-realis dan neo-liberalis diwarnai dengan perbedaan keyakinan mengenai negara-negara yang lebih mementingkan relative gains dan absolute gains. Kaum neo-realis percaya bahwa kekuasaan adalah segalanya. Suatu negara akan secara tetap mengukur power yang dimilikinya untuk melawan negara lain. Kaum neo-realis tidak percaya dengan adanya kerjasama. Negara yang blebih mementingkan relative gains akan merasa khawatir apabila gains yang mereka dapatkan lebih kecil daripada yang lain. Jika neo-realis memandang negara sebagai defensive positionalist, neo-liberalis menganggap negara sebagai utility-maximizers.
Pemikiran konstruktivis muncul ketika Perang Dingin berakhir. Konstruktivisme berbeda dengan teori kritis. Jika teori kritis tidak menyutujui pendapat rasionalis bahwa manusia memiliki sifat egois dan masyarakat sebagai wilayah strategis , konstruktivis mencoba menjelaskan dan menginterpretasikan aspek-aspek dalam wolrd politics yang tidak sesuai dengan pemikiran neo-realis dan neo-liberalis. Ada empat faktor yang mendukung berkembangnya konstruktivisme. Pertama, termotivasi oleh usaha-usaha untuk menekankan lagi keunggulan konsep-konsep teori mereka dan menantang teori kritis untuk bergerak ke arah analisis substantif. Kedua, berakhirnya Perang Dingin melemahkan keinginan-keinginan kaum neo-realis dan neo-liberalis. Ketiga, pada awal 1990an lulusan-lulusan muda memunculkan dalil-dalil yang dipercaya oleh teori kritis. Keempat, pergerakan perspektif kostruktivis baru dibantu oleh antusiasme mainstreams para lulusan tersebut.
Konstruktivis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu modernis dan posmodernis. Berbeda dengan perspektif rasionalis, konstruktivis berpendapat bahwa struktur normatif dan ideasional sama pentingnya dengan struktur material. Struktur material menurut neo-realis adalah balance of military power, Marxis menekankan struktur material yang berupa ekonomi kapitalis, sementara itu konstruktivis berpendapat bahwa sistem dalam berbagi ide-ide, kepercayaan dan nilai adalah struktur material dan hal tersebut mempengaruhi aksi-aksi politik dan sosial. Konstruktivis juga menekankan pentingnya struktur normatif dan ideasional karena hal tersebut dapat membentuk identitas sosial para aktor politik. Struktur non-material juga penting dalam membentuk aktor-aktor tersebut karena identitas seorang aktor dapat menunjukkan kepentingan aktor tersebut. Konstruktivis juga menentang pendapat bahwa agen dan struktur memiliki hubungan mutual satu sama lain.
Ada tiga perbedaan yang dimiliki oleh rasionalis dan konstruktivis. Pertama, rasionalis berpendapat bahwa aktor bersifat atomistic egoist, sedangkan konstruktivis berpendapat bahwa aktor bersifat deeply social dimana mereka identitas mereka terbentuk oleh norma, nilai, dan ide yang terlembaga sesuai dengan lingkungan sosial mereka. Kedua, jika rasionalis berpendapat bahwa kepentingan bersifat exogenous, konstruktivis berpendapat bahwa kepentingan bersifat endogenous. Ketiga, rasionalis berpendapat bahwa masyarakat adalah strategic realm, sebuah tempat dimana aktor mengejar kepentingan mereka, sedangkan konstruktivis menganggap masyarakat sebagai constitutive realm, sebuah tempat yang menghasilkan aktor sebagai makhluk sosial yang berpengetahuan dan agen politik.
Pada 1990, konstruktivis terpecah menjadi tiga bagian yaitu konstruktivisme sistemik, unit-level, dan holistik. Konstruktivisme sistemik mengadopsi perspektif neo-realis yang disebut third-image yang berfokus pada kesatuan aktor-aktor negara. Konstruktivisme unit-level merupakan kebalikan dari konstruktivisme sistemik. Konstruktivisme unti-level berfokus pada domain internasional dan berkonsentrasi pada sosial domestik dan norma-norma hukum serta identitas dan kepentingan negara. Sementara itu, konstruktivisme holistik mencoba menjembatani dua perspektif sebelumnya.
Constructivism (Christian-Reus Smit)
10:26 AM |
Labels:
Review oh Review
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment