RSS

Keunikan dan Kompaknya "Iron Triangle" Jepang

Organisasi bisnis Jepang merupakan salah satu aktor utama dalam kesuksesan ekonomi negara. Namun, tidak seperti negara lainnya, pebisnis Jepang memiliki keunikan-keunikan yang jarang dimiliki oleh negara pesaingnya. Keunikan pertama, pebisnis bersama-sama dengan politisi dan birokrat, bersinergi untuk menciptakan perekonomian Jepang yang mendunia. Sinergi ini sering disebut sebagai Iron Triangle, dimana ketiga aktor saling bersimbiosis mutualisme.

1. Hubungan antara Pebisnis dengan Politisi ; pebisnis memberikan political contribution, dan politisi membuat kebijakan yang mendukung pebisnis
2. Hubungan antara Bisnis dan Birokrat ; pebisnis ada yang melakukan ”amakudari” ke birokrat, begitu pula sebaliknya dan birokrat memberikan dukungan untuk pebisnis dengan administrative guidance. Hubungan ini terbentuk dalam kerangka kerjasama dimana birokrasi / pemerintah berusaha mendorong bisnis agar dapat berkompetisi di dunia internasional
3. Hubungan antara Politisi dan Birokrat ; terjadi mekanisme pertukaran. Politisi yang bagus, dapat direkrut masuk sebagai birokrat dan sebaliknya birokrat yang bagus bisa direkrut masuk ke jajaran politisi eksekutif.

Kemudian, keunikan kedua ; sumber permodalan bisnis di Jepang tidak hanya berasal dari bank, perusahaan asuransi, dan sumber modal lainnya, tetepi juga ditopang oleh kredit pinjaman dari pemerintah serta pajak dan tabungan masyarakat Jepang secara keseluruhan. Dengan kata lain, perusahaan Jepang dimiliki oleh masyarakat secara nasional (national ownership). Situasi ini membuat pebisnis di Jepang tidak perlu khawatir tentang bottom line, berbeda dengan perusahaan Amerika yang sangat mengkhawatirkan bottom line, sehingga perusahaan Jepang dapat berkonsentrasi pada stabilitas jangka panjang dan pertumbuhan market share yang mendorong terciptanya lifetime employees serta pinjaman jangka panjang. Selain itu, pebisnis Jepang dapat berkonsentrasi untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis, agar mereka bisa mendapatkan lebih banyak pinjaman bank, serta keuntungan yang dapat meningkatkan modal.
Terkait dengan permodalan dan hasilnya, simbiosis antara pebisnis dengan pemerintah terbukti karena kredit dari pemerintah Jepang berada dibalik kesuksesan ini. Pemerintah menjamin ketersediaan sumber finansial. Pandangan jangka panjang tersebut memberikan kesempatan pebisnis Jepang untuk membuat strategi pertumbuhan yang lebih baik dan menjadikan hal ini sebagai keuntungan terbesar dibandingkan dengan pebisnis di barat.

Sebagai perbandingan, bisnis di Amerika berbasis pada kredit perumahan, pembelian dengan kartu kredit, dan bentuk-bentuk lain dari sistem kredit, sedangkan Jepang memiliki tradisi menabung. Tingkat menabung Jepang mencapai 40% dari GNPnya pada tahun 1960an, dan sekarang sekitar 15 %. Sedangkan di Eropa hanya sekitar 7% dan Amerika 3% saja. Selain itu, sistem pajak dan gaji juga diatur untuk mendukung tingkat menabung tersebut.

Keunikan selanjutnya terkait dengan hubungan kerjasama yang dekat antara pebisnis Jepang dengan pemerintah, yang bahkan dilihat Amerika sebagai satu kesatuan dan disebut sebagai “Japan, Inc”, walaupun pada kenyataannya kontrol pemerintah terhadap bisnis terbatas. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kerjasama antara pemerintah dan pebisnis di Jepang lebih kuat dibandingkan di Amerika yag cenderung “bermusuhan”.

Saat ini, kontrol pemerintah dilakukan melalui MITI yang mengontrol pertukaran luar negeri dan perijinan teknologi asing. Untuk menghindari monopoli dan mendorong kompetisi, MITI memastikan agar perusahaan-perusahaan mendapatkan teknologi yang sama. Selain itu, MITI membantu perusahaan yang mengalami depresi serta membantu perusahaan yang lemah untuk bermerger. MITI bersama kementrian lainny juga memberikan panduan administrative bagi perusahaan dan pebisnis agar mereka dapat melakukan aktivitas dengan garis yang paling produktif. Panduan ini tidak memiliki paksaan hukum, namun pebisnis secara sukarela menerimanya.
Dengan berbagai jalan, pemerintah memandu perbaikan ekonomi Jepang pasca perang. Pemerintah Jepang membantu menghubungkan sumber-sumber dengan industri-industri yang paling produktif. Strategi pemerintah Jepang ini menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan lebih sehat.

Keunikan selanjutnya, selain dari pemerintah, terdapat pula pihak lain yang turut serta berperan dalam kesuksesan ekonomi Jepang. Di Jepang ada 3 kelompok yang mewakili kepentingan pebisnis, antara lain ; Zaikai (kumpulan pemimpin organisasi-organisasi) ekonomi yang besar), Kyoukai (kelompok-kelompok industri tertentu), dan Kigyo (kelompok perusahaan perseorangan / industri kecil). Yang paling signifikan di dunia ekonomi Jepang adalah zaikai. Zaikai merupakan satuan dari elit Jepang (the power elit ), dan institusi bisnis yang besar seperti Keidanren (federasi ekonomi), Keizai Doyukai (komite pembangunan ekonomi), Nissho/Nippon Shoko Kaigaisho (Kamar dagang industri Jepang), dan Nikkeiren (federasi manager bisnis Jepang). Organisasi-organisasi ini ,selain pemerintah, juga memainkan peranan yang penting dalam memberikan saran-saran (advisary role) bagi perekonomian Jepang.
Keunikan kelima, bisnis Jepang memiliki kekuatan dalam hubungan antar kelompok sebagai satu kesatuan masyarakat Jepang. Dari sisi sosial budaya, masyarakat Jepang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi dalam perusahaan mereka, sehingga dapat mendorong keberhasilan perusahaan. Kemudian, adanya latar belakang pendidikan yang sama (biasanya dari universitas terkenal) antar pebisnis dan birokrat, menciptakan simbol ikatan sosial sebagai “satu almamater“. Dengan adanya hubungan pertemanan baik di dalam perusahaan, antar perusahaan dan hubungan perusahaan dengan pemerintah, menciptakan kekuatan ekonomi Jepang yang unik.

Kemudian, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat istilah “Japan Inc”. Japan Incoorporated oleh Chalmers Johnson didefinisikan sebagai hubungan informal yang mengibaratkan Jepang sebagai perusahaan. Hubungan yang erat antara pemerintah dan bisnis terjadi sesudah PD II dimana dalam hubungan tersebut terdapat cita-cita bersama yaitu rekonstruksi nasional dan pertumbuhan ekonomi untuk mengejar ketertinggalan dari Barat. Japan Inc memiliki dua komponen, yaitu structure berupa institution dan policy / kebijakan. Sebagai suatu struktur, Japan Inc adalah mekanisme politik yang tidak normal dimana terdapat kerangka budaya ”Japanese culture” berupa family like relationship (hubungan seperti keluarga).

Adanya keunikan-keunikan tersebut menjadikan sistem industri Jepang pasca perang sebagai yang terbaik di dunia. Sistem ini disebut sebagai post-capitalist karena adanya kepemimpinan bisnis-birokrat dan orientasi ekonominya yang berfokus pada pelayanan serta pertumbuhan secara nasional, daripada kemakmuran personal dan keuntungan perusahaan yang instan. Kemakmuran nasional secara menyeluruh merupakan tujuan utama. Ekonomi jepang merupakan perpaduan antara aspek-aspek terbaik antara kapitalisme dan sosialisme dimana ekonomi berjalan tidak sepenuhnya dibawah “invisible hand“ tetapi tetap menerima panduan dari pemerintah.

Sebagai kesimpulan, kita perlu ingat bahwa dibalik kesuksesan jepang ini terdapat permasalahan serius dan kelemahan. Tidak ada jaminan di masa depan bahwa sistem yang sudah ada dapat berjalan dengan lancar. Loyalitas pekerja dari golongan muda kepada perusahaannya mulai dipertanyakan. Tenaga kerja yang mulai merosot terkait komposisi populasi Jepang yang dipenuhi generasi tua, ternyata tidak serta merta menjadikan Jepang terbuka dengan masuknya pekerja imigran, seperti yang terjadi di AS dan Eropa. Sikap ini menimbulkan kesulitan bagi Jepang untuk mendapatkan tenaga kerja murah, serta menciptakan permasalahan sosial lainnya.

Selain itu, permasalahan terbesar bagi perekonomian Jepang adalah perdagangan internasional. Jepang masih sangat tergantung pada transaksi perdagangan internasional melalui ekspor produk-produknya yang sangat besar. Dalam kondisi krisis, jepang kesulitan menemukan pasar bagi ekspornya, terutama pada krisis global seperti saat terjadi oil shock tahun 1970an serta krisis saat ini.
Poin terpenting dalam permasalahan ekonomi jepang bersumber pada hubungannya dengan negara lain sehingga, dalam kondisi ini, dengan segala kehebatan dan faktor pendukung dari dalam negeri, sehebat apapun perekonomian Jepang, ia tidak dapat berdiri sendiri dan masih bergantung pada hubungannya dengan pihak lain dalam sistem perekonomian dunia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Abdul Aziz Masyhuri said...

Artikel yang menarik. Referensi apa saja yang jadi sumbernya?. Apa kira-kira bisa cocok dengan iklim ekonomi & sosio-politik Indonesia?. Jika menurut penulis bisa, apa ada metode yang bisa dipakai untuk duplikasinya. Menarik