RSS

A Framework for Analysis of Ethnopolitical Mobilization and Conflict

Untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi mengenai ide-ide teoritis, para ilmuwan sosial harus mampu menjelaskan konsep-konsep secara jelas. Dalam hal ini, konsep tersebut dapat diperoleh dari penelitian dalam kejadian-kejadian nyata. Yang menjadi tantangan para peneliti adalah bagaimana caranya untuk mendefinisikan variabel-variabel dan membangun indokator-indikator yang telah memiliki standarisasi tentang variabel-variabel yang dapat digunakan untuk membuat observasi-observasi yang dapat dipercaya mengenai jumlah kelompok dan kejadian. Penelitian dapat dibilang bisa dipercaya apabila pengukuran-pengukuran yang sejenis diperoleh dari seseorang yang mengumpulkan informasi.

Dalam bab ini, kita dapat melihat sekilas tentang beberapa pendekatan ilmu social atau teori yang menjelaskan mengapa kelompok-kelompok etnis melakukan mobilisasi serta adanya beberapa konsep dan proposisi yang membentuk teori awal tentang konflik etnopolitik. Berkaitan dengan konflik etnis yang terjadi di dunia modern saat ini, telah digunakan berbagai pendekatan untuk menjelaskan fenomena ini. Salah satu diantaranya adalah bahwa identiras keagamaan dan etnis memiliki fondasi genetic, historis, dan social yang dalam. Dari perspektif ini, modernisasi bisa menjadi ancaman bagi solidaritas etnis yang memicu kelompok minoritas untuk melakukan mobilisasi dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pendekatan yang lainnya menekankan pada sifat/bentuk instrument dari mobilisasi etnis. Tujuan utama kelompok adalah kemenangan politik dan material. Pendekatan-pendekatan primordial dan instrumental menekankan bermacam factor. Yang pertama adalah menekankan pertahanan identitas etnis dan yang kedua adalah tercapainya kepentingan-kepentingan politik dan material kelompok.

Hal yang mendorong terjadinya suatu mobilisasi etnik dapat dilihat dari dua factor, diskriminasi dan identitas kelompok etnik. Diskriminasi disini berarti tingkat kesenjangan sosial yang diperoleh anggota kelompok atas kesejahteraan materi dan akses politik jika dibandingkan dengan anggota kelompok social lainnya. Dalam hal ini, kelompok-kelompok yang merasa terdiskriminasi bersatu dengan kelompok lain yang mendapatkan perlakuan diskriminasi yang sama dan berjuang agar suara merka didengar. Ada yang melakukannya dengan aksi damai, tapi ada juga yang melakukannya dengan kekerasan yang berakhir pada konflik berkepanjangan.

Secara umum, ilmuwan sosial berusaha untuk meminimalkan kesalahan dalam penafsiran gagasan teoretis dengan menjelaskan konsep-konsep seperti identitas kelompok dan dukungan eksternal dalam cara yang jelas dan tidak ambigu. Berikut ini konsep-konsep yang diidentifikasi dalam model teoretis hipotesis. Konsep pertama adalah mengenai diskriminasi yang sudah dijelaskan diatas. Indicator terjadinya diskriminasi adalah kebijakan pemerintah yang menimbulkan kesenjangan antara kelompok-kelompok social atau etnis. Kesenjangan yang terjadi bisa berawal dari adanya sejarah diskriminasi atau dari ekonomi dan perbedaan budaya yang membuat salah satu kelompok merasa diuntungkan dan yang lainnya merasa dirugikan. Konsep yang kedua adalah Identitas Kelompok yang variabelnya adalah kekuatan dari identitas kelompok. Indikatornya adalah semakin banyak kesamaan sifat yang dimiliki antara anggota kelompok, maka semakin kuatlah kekuatan identitas kelompok mereka. Konsep yang ketiga adalah kepemimpinan etnopolitik dan kohesi kelompok. Yang menjadi variabelnya adalah tingkat kohesi antara pemimpin dan pengikutnya. Dalam hal ini interaksi dan komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya menjadi factor penting. Semakin banyak komunikasi dan interaksi yang terjalin diantara mereka, maka semakin kecil kemungkinan timbulnya konflik. Konsep yang keempat adalah lingkungan politik. Dalam konsep ini terdapat empat tipe rezim dimana konflik kelompok etnopolitik dapat terjadi: demokrasi institusional, otokrasi, sosialis, dan Negara populis. Konsep yang kelima adalah penggunaan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintahan otokrasi dan sosialis biasanya lebih sering menggunakan kekerasan untuk melawan para penantangnya daripada Negara yang menerapkan prinsip demokrasi. Yang paling ekstrem dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi kelompok etnis adalah dengan genosida atau pemusnahan massa. Konsep yang keenam adalah dukungan dari luar. Dukungan ini bisa berupa dukungan financial, senjata, kelengkapan militer, dan lainnya. Konsep yang terakhir adalah status ekonomi internasional. Variabelnya adalah tingkat status ekonomi internasional suatu Negara. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu Negara maka semakin rendah pula kemungkinan terjadinya konflik kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu Negara yang tingkat ekonominya tinggi maka tingkat kemakmuran masyarakatnya, baik yang mayoritas maupun minoritas juga tinggi, sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dipersulit dalam kehidupannya dan kemungkinan terjadinya konflik pun sedikit.

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kerangka analisa kekerasan etnopolitik dapat dilihat bahwa factor –faktor yang menyebabkan konflik dan mobilisasi kelompok social bisa dari internal Negara dan eksternal. Factor-faktor internal penyebab konflik misalnya diskriminasi, kekuatan dari identitas kelompok, lingkungan politik Negara itu sendiri, dan perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan factor dari luar dapat berupa dukungan komunitas internasional serta tingkat ekonomi suatu Negara di mata dunia yang dapat membuat Negara tersebut memiliki posisi dan tidak terbantahkan oleh Negara lain.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: