RSS

Evaluasi Kepemimpinan Grand National Party Korea

Pada tanggal 25 Februari 2008 Lee Myung-bak resmi dilantik menjadi Presiden Korea Selatan. Lee yang memimpin Grand National Party yang beraliran konservatif memenangi pemilihan presiden pada Desember 2007 dengan perolehan 48,7 persen suara, mengalahkan pesaing terberatnya, Chung Dong-young dari United New Democrat, yang meraih 26,2 persen suara.

Kemenangan Lee akan berpengaruh besar bagi arah kebijakan ekonomi Korsel. Lee mengedepankan ”Visi 747”, sebuah tekad menumbuhkan ekonomi tujuh persen per tahun, pendapatan 40.000 dollar AS per kapita, dan mendudukkan Korsel menjadi nomor tujuh terkuat dalam ekonomi dunia (dari posisi ke-11 saat ini). Melihat kebijakan awal Presiden Lee pada masa awal pemerintahannya dapat terlihat bahwa ekonomi menjadi fokus utama. Presiden Lee juga berjanji akan menggerakkan kembali perekonomian Korea Selatan keluar dari kelesuan. Sebelum Lee terpilih pada 2007 pertumbuhan ekonomi Korea Selatan hanya mencapai sekitar 4,4%. Melihat kondisi tersebut Presiden Lee kemudian mentargetkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) dalam tahun sebesar 7% dan GDP per kapita 24.500 dolar Amerika Serikat.

Ekonomi menjadi fokus utama kebijakan pemerintah Presiden Lee juga didorong oleh adanya kedekatan Presiden Lee dengan kalangan pengusaha. Kedekatan dengan kalangan pengusaha tersebut banyak dipengaruhi oleh latar belakangnya yang juga seorang pengusaha. Lee Myung-bak telah berkarir di perusahaan otomotif besar di Korea Selatan yaitu Hyundai selama kurang lebih 30 tahun. Kedekatannya dengan dunia bisnis tersebut kemudian mendorong ia mengeluarkan kebijakan yang membawa angin segar bagi dunia bisnis dan usaha di Korea Selatan. Presiden Lee berjanji akan mencabut undang-undang dunia usaha di Korea Selatan yang mencegah perusahaan-perusahaan besar seperti Samsung dan Hyundai memiliki bank sendiri.

Latar belakang Presiden Lee yang seorang pengusaha juga menjadi faktor pendorong terpilihnya ia menjadi Presiden Korea Selatan. Pengalamannya sebagai seorang pengusaha dan pebisnis diharapkan mampu mengangkat kembali perekonomian Korea Selatan yang mengalami kelesuan seperti telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya. Sepertinya Presiden Lee ingin mengulang masa kepemimpinan Jenderal Park Chung-hee pada tahun 1960an. Pada masa itu pemerintah aktif mengarahkan sektor swasta untuk mewujudkan agenda pembangunan yang disusun pemerintah, berupa pengembangan industri manufaktur seperti elektronik, otomotif, dan semikonduktor. Kedekatan pemerintah dengan sektor industri tecermin dalam hubungan antara Park Chung-hee dan pemimpin Hyundai saat itu, Chung Ju- young, yang memudahkan Hyundai mendapat proyek dan dukungan finansial. Hubungan pemerintah dan pengusaha ini yang mendorong kemajuan ekonomi Korea Selatan hingga mampu menjadi negara dengan ekonomi terkuat di Asia Timur saat ini. Melihat pengalaman sejarah tersebut sepertinya presiden Lee tidak ragu untuk menggandeng pengusaha dalam mengangkat kembali perekonomian Korea Selatan.

Proyeksi Kepemimpinan Lee Myung Bak di Masa Depan


Dibandingkan gaya kepemimpinan Kim Dae Jung, Lee Myung Bak memiliki pandangan yang lebih konservatif. Hal ini dapat terlihat dari arah kebijakan luar negeri Korea Selatan terhadap Korea Utara selama Lee-Myung Bak memimpin. Sejalan dengan ideologi Grand National Party, Lee-Myung Bak tidak menempatkan reunifikasi Korea Selatan dan Korea Utara sebagai prioritas utama. Persoalan reunifikasi Korea Selatan dan Korea Utara selalu mengalami eskalasi konflik dibandingkan ketika Kim Dae Jung memimpin.

Dalam hubungan luar negeri, Lee Myung Bak memilih untuk memprioritaskan hubungan dengan Amerika Serikat dan Jepang. Terlebih karena Lee Myung Bak menginginkan pertumbuhan ekonomi yang pesat, model perekonomian Amerika Serikat dan Jepang dianggap bisa menjadi role model bagi perekonomian Korea Selatan. Kebijakan-kebijakan yang digulirkan Lee menunjukkan adanya kecenderungan Korea Selatan untuk meningkatkan volume perindustrian dan perdagangan dengan Amerika Serikat dan Jepang. Selain itu, ambience Grand National Party yang pro pasar bebas dan perdagangan bebas turut mempengaruhi sikap Lee dalam memimpin Korea Selatan untuk menjadikan isu ekonomi sebagai isu utama dibandingkan isu-isu lain.

Ke depan, ideologi Grand National Party yang konservatif akan menghambat upaya reunifikasi Korea Selatan dan Korea Utara. Sikap Lee yang pro-Amerika juga akan menjadi ganjalan bagi upaya reunifikasi kedua negara tersebut. Alih-alih menguras tenaga untuk memikirkan upaya reunifikasi, Lee akan memfokuskan diri membangun kembali perekonomian Korea Selatan melalui perindustrian dan perdagangan sesuai dengan Visi 747 yang digaungkan Lee dalam kampanye pemilihan presiden.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Anonymous said...

Hai..salam kenal saya darna mahasiswa UMM jur HI. Klau blh tau judul referensi di atas apa yach..karena lagi nulis skiripsi tentang korea selatan.trims