Berdasarkan penjabaran sebelumnya mengenai kebijakan-kebijakan militer Jiang Zemin, dapat kita lihat bahwa terdapat suatu strategi besar Ze Min dalam merubah dan mengarahkan militerisme China dari yang tadinya mengimpementasikan konsep New Military Professionalism menjadi Conventional Professionalism. Jika ditilik lebih lanjut, disaat China menganut New Professional Militarism di Era Mao dan Deng Xiaoping, peran dan kekuasaan militer china dinilai sangatlah besar. Karena tanggung jawab militer tidak hanya terbatas dalam pertahanan dan keamanan negara saja, tetapi juga mencakup ranah politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini dapat terlihat dari berapa banyak Jenderal Militer yang juga menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan, dimana kekuasaannya tidak hanya terbatas dalam bidang militer saja, tetapi juga meluas hingga ke ranah-ranah publik dan perekonomian. Menyadari peran militer yang begitu besar mempengaruhi segala bidang, Jiang Zemin semasa pemerintahannya berlangsung, berusaha merubah kondisi militer ini (New Military Professionalism) menjadi kondisi militer yang memang sesuai dengan kapasitas dan tugasnya yaitu mengutamakan pertahanan dan keamanan negara ( Conventional Professionalism). Conventional Professionalism memiliki tiga pilar penting yang juga merupakan poin penting yang menjadi acuan Jiang Zemin dalam memodernisasi militer pada masa pemerintahannya. Ketiga pilar itu adalah Expertness ( militer memiliki keahlian di bidang pertahanan keamanan), Responsibility (militer memiliki tanggung jawab sosial pada masyarakat), dan yang terakhir adalah corporateness ( militer harus memiliki sikap loyalitas terhadap corpsnya) .
sebagai upaya untuk merubah “angin” militer dari yang tadinya New Military Professionalism menjadi Conventional Professionalism, Jiang Zemin melakukan berbagai upaya dan membuat kebijakan yang bertujuan semakin memperkuat militer dengan mengoptimalkan pelatihan, teknologi, dan kecakapan dalam bersenjata. Dalam mengoptimalkan personel militer, Kementerian Pertahanan RRC melaksanakan pengetatan bagi pemilihan calon anggota militer baru dengan tujuan meningkatkan kualitas personil yang mampu menangani persenjataan modern mendatang, sedangkan untuk meningkatkan profesionalisme personil, dilaksanakan pergeseran bagi pejabat tingkat regional yang mencapai usia pensiun. Selain itu, pemerintah China membuat kebijakan bahwa Angkatan Bersenjata, polisi, Jaksa, lembaga- lembaga keamanan publik dan pengadilan tidak boleh lagi terlibat dalam bisnis. Demikian juga lembaga-lembaga partai dan pemerintahan pada tingkat pusat diminta untuk memutuskan hubungannya dengan semua kegiatan bisnis. Disamping juga larangan bagi anggota militer dan Polisi Bersenjata Cina untuk melakukan bisnis serta ikut berpartisipasi aktif dalam penanggulangan banjir (merupakan salah satu bentuk pengimplementasian pilar Responsibility dimana adanya tanggung jawab sosial pada masyarakat), sedangkan dalam membangun militernya dalam menghadapi periode baru, militer Cina mengambil langkah menuju pembangunan militer yang kecil tetapi kuat dengan ciri khas Cina dengan menerapkan strategi pembangunan militer yang tangguh seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui pendidikan, latihan maupun pemutakhiran persenjataan dan peralatan militer. Jiang Zemin merencanakan akan memodernisasi militer China menjadi militer yang kecil namun kuat, tentunya didukung dengan kemajuan teknologi yang canggih, pengetahuan, dan kecakapan SDM-nya, serta melakukan reorganisasi yang bertujuan untuk memperkokoh kemampuan pertahanan dan efektifitas daya tempur dimedan perang dengan teknologi modern, terutama perang teknologi canggih . Hal ini tentunya untuk mewujudkan pilar yang pertama yaitu Expertness (kecakapan). Lalu mengenai banyaknya Jenderal-Jenderal militer yang memegang kekuasaan besar, Jiang berupaya untuk mereduksi keterlibatan militer dalam kancah politik dengan cara menarik pemimpin militer dari sebagian besar jabatannya di organ politik dan jabatan publik.
Bila ditilik lebih dalam, kita juga dapat melihat adanya tendensi bahwa Jiang ingin melakukan profesionalisasi secara komprehensif dan multidimensional di Cina, termasuk dalam aspek militer. Fenomena ini dapat kita korelasikan dengan latar belakang para pejabat publik dan pemerintah di era Jiang yang benar – benar mengedepankan aspek profesionalitas, kualitas, dan meritokrasi. Mayoritas pejabat dalam pemerintahan Jiang tidak memiliki pengalaman militer sama sekali. Dalam konteks ini, terlihat bahwa di era Jiang faktor pendidikan, abilitas, dan kapabilitas personal lebih diutamakan guna peningkatan sumber daya manusia secara signifikan. Begitu pula dengan aspek militer, tampaknya Jiang berharap bahwa dengan kembali diaplikasikannya conventional professionalism, militer dapat meningkatkan kualitas dan kapabilitas terutama dalam kaitannya dengan sumber daya manusia. Dalam rapat kepala staf Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) Cina, Presiden Jiang Zemin mengatakan bahwa Cina harus meningkatkan kemampuan militernya dalam menghadapi abad ke-21, dikatakan juga bahwa masalah keamanan dan persatuan merupakan kepentingan utama bagi setiap bangsa, sedangkan pertahanan nasional yang kuat dapat mendukung keamanan nasional, disamping itu juga ditekankan bahwa strategi Angkatan Bersenjata Cina sebaiknya betul-betul dikembangkan untuk mempersiapkan militer dalam menghadapi perang, dimana personel merupakan faktor penting dalam memenangkan pertempuran, disamping persenjataan dengan tetap memperhatikan teori Mao Zedong dan Deng Xiaoping.
Lebih jauh lagi, kita juga dapat melihat bahwa keinginan Jiang untuk mengembalikan militer pada titahnya tidak dapat terlepas dari adanya ancaman multidimensional kontemporer yang tampaknya semakin mengalami eskalasi. Kita dapat melihat banyak sekali ancaman yang dialami oleh Cina di era kontemporer ini. Mulai dari konflik Tibet, Taiwan, permasalahan Laut Cina Selatan, hingga Krisis Nuklir Korea Utara. Bila tidak ditangani secara tepat, tentu berbagai ancaman ini dapat berimplikasi negatif stabilitas ekonomi dan politik Cina. Maka dari itu, sangatlah rasional jika Jiang mulai mereduksi peranan militer dalam aspek ekonomi dan politik. Tujuannya jelas, demi mengembalikan militer Cina ke titahnya sebagai penjaga pertahanan dan keamanan negara. Diharapkan dengan kembalinya fokus militer ke aspek pertahanan, dapat meningkatkan kualitas, kapabilitas, bahkan dapat menciptakan postur militer yang ideal guna mengeliminasi berbagai ancaman multidimensional yang timbul.
sumber:
Darma Putra, Rizal. Program Modernisasi Angkatan Bersenjata. 14 Januari 2008. Diunduh dari www.lesperssi.org/index2.php?option=com_content&do_pdf... pada 9 Mei 2010
Samuel P Huntington, Prajurit dan Negara : Teori dan Politik Hubungan Militer – Sipil, ( Jakarta : PT Grasindo, 2003 ), halaman 4 – 6.
Strategi dan Kebijakan Militer Jiang Ze Min
7:27 PM |
Labels:
Kawasan Asia Timur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment