RSS

Teori Hubungan Internasional: PERAN AGAMA DALAM STUDI HI

Selama perkembangan Tradisi Hubungan Internasional (THI), agama telah terpinggirkan oleh THI Mainstream sekuler yaitu positivisme dan THI marginal sekuler yaitu post-positivisme. Namun, dalam ranah tertentu, kebangkitan tradisi agama juga memberikan pencerahan dalam menyikapi konteks hubungan internasional, politik dunia, dan refleksi mendalam tentang perkembangan keilmuan HI.

Tradisi Hubungan Internasional Sekuler

Dalam pemahaman kaum barat sekuler Eropa, THI dilahirkan dalam dunia sekuler sejak awal berdirinya di Eropa untuk menyelesaikan berbagai macam problem duniawi. Dapat dikatakan bahwa substansi HI berisi perkembangan mekanisme zaman modern, yakni mekanisme state-system dan capitalism system. Modernitas hadir sebagai fondasi bagi segala aspek kehidupan dimana dalam bahasa latin istilah ini berarti “kekinian”, sedangkan dalam kamus bahasa Inggris, istilah ini dikontraskan dengan istilah “kuno”. Kedua pengertian ini ditopang oleh kesadaran akan kekinian yang terbangun melalui proses rasionalitas manusia untuk melihat “kebaruan”. Dengan kata lain, pola piker rasionalitas merupakan kesadaran untuk membentuk keberadaan Negara dan kapitalisme.

Historisasi THI Barat Sekuler di zaman modern berlanjut dengan munculnya perdebatan teoritis THI yang dinamai “Debat Besar” yang mencakup Debat Besar Pertama, Kedua, Ketiga dimana Post-Positivisme menggugat positivisme dan variannya sebagai sumber dari pengetahuan. Dan akhirnya gugatan ini memunculkan berbagai alternative sumber pengetahuan di antaranya promosi tradisi non-western termasuk tradisi agama yang direkonstruksi ulang. Dan kemunculan Debat Besar Keempat yang meruncing pada gugatan antara kubu rasionalis yang mengutamakan rasio dalam memahami konstelasi internasional, dengan kubu refleksionis yang digerakkan oleh kaum post-modernis, yang tidak menganggap rasio sebagai yang utama. Dengan demikian, perdebatan HI Barat sekuler mainstream dimeriahkan dengan tumbuh suburnya tradisi dar kebudayaan atau peradaban non-Barat dalam kajian HI, maka pluralisme dalam kajian HI pun melebar ke luar Debat Besar HI selama ini. Jadi Debar Besar Western Mainstream dilampaui dengan munculnya tradisi non-western yang secara bergerilya bersaing dengan kubu mainstream.

Tradisi Agama dalam Studi Hubungan Internasional

Pasca peristiwa 9/11: War Against Terrorism yang dilontarkan AS tampaknya membuka kembali sejarah tragis peperangan atas nama agama atau Tuhan yang sudah tersimpan lama khususnya lontaran teks oleh george W. Bush mengenai Perang Salib. Hal ini terjadi ketika agama menjadi pengaruh atau daya dorong dari gerakan politik atau kondisi perang yang biasa dinamai “political religion”. THI BArat pun tidak luput dari peran atau sumber dari nilai-nilai Kristen. Bersumber dari perenungan nilai-nilai Kristen tersebut, maka Immanuel Kant yang merupakan filsuf Kristen taat, dapat melahirkan kata kunci “perdamaian abadi” yang berfondasi pada “nilai liberalisme”. Proses lahirnya THI barat sekuler ternyata tidak hanya dari ‘ibu’ yakni modernitas, tetapi dimetaforkan juga lahir bersama ‘ bapak’ yakni agama Kristen. Selain Kant, Hegel yang merupakan filsuf modern beranggapan bahwa THI Barat Sekuler lahir dari proses penurunan wahyu Tuhan (Kristen) yang kemudian merasuk kedalam akal budi manusia. Ajaran filsuf semacam ini dikenal sebagai “humanisme”. Sedangkan dalam ajaran islam, aliran yang mirip dengan ajaran Hegel ini dikenal sebagai aliran Mu’tazilah. Hal ini menandakan bahwa dalam sejarah, peran agama sangat menentukan pula kehidupan umat manusia di dunia.
Pluralisme dalam HI membawa berbagai peluang dan akses tidak hanya bagi banyak ajaran, tradisi, filsafat, tetapi juga ada peran agama dalam dimensi yang lebih tegas yaitu “political religion”. Oleh karena itu, pentingnya pengakuan peran agama baik dalam cara memandang teori maupun fenomena world political religion terkait dengan anjuran Smith tentang para staf pengajar Hi yang tidak perlu menolak peran agama kedalam Studi HI sebagai wujud dari pluralisme.

Peran agama secara umum menentuan THI Barat sekuler dalam dimensi norma, etika politik, norma, moral, dan hukum internasional, sehingga Kristen, Yahudi, Islam, dan Hindu sebagai agama pun tidak terlepas dari dinamika teoretisasi THI. Selain peran agama Kristen yang sangat berpengaruh dalam THI English School/Rationalism, agama islam pun mempunyai peran yang signifikan dalam konstelasi politik dunia. Dalam agama islam, prinsip yang dipegang adalah keadilan dan kehendak Allah yang ebrsumber dari wahyu Allah dan system pemikiran. System pemikiran dan nilai ini sangat berpengaruh pada karya dan cara pandangan ilmuwan HI dalam menjelaskan dunia Internasional, khususnya politik dewasa ini. Dalam sejarah, pemikiran islam telah banyak memberikan kontribusi dalam politik, khususnya dalam ragam perspektif, silang budaya Barat-Islam, memunculkan konsep-konsep Islam yang cukup penting untuk dipelajari sebagai kajian HI diantaranya etika perang, keamanan, tauhid, ummah, jihad,keadilan, akhlak, dan syariah. Inilah saatnya tradisi pemikiran islam memberikan banyak kontribusi dalam politik dunia dan kajian HI.

Refleksi HI : Apa HI sebagai wadah agama atau sebagai Sebuah Pemikiran Sekuler?

THI Barat dan non-Barat merupakan teori yang dipenuhi oleh nilai, etika, dan norma agam-agama di dunia. THI Barat ( modern-postmodern) tidak lepas dari nilai, etika, dan norma Kristen yang secara spesifik sangat mempengaruhi teori idealisme, lineralisme, English School, dan lain-lain. Dapat disimpilkan bahwa THI Barat seolah-olah memutus hubungan dengan tradisi agama Kristen, tetapi keterputusan itu menjadi suatu kenaifan dan arogansi, karena etika, nilai, dan norma keagamaan tersebut selalu akan menjadi roh dalam THI modern dan suatu awal solusi bagi kegamangan THI Postmodern. Sedangkan THI non-barat yang berasal dari Asia dan Timur-tengah secara tegas mengakui bahwa teori mereka bersumber dari keyakinan atau agama yang mereka percayai sebagai mata analisis dalam memahami fenomena internasional. Oleh sebab itu, agama sebenarnya tidak hanya diperuntukkan untuk urusan sacral dan suci saja sebagaimana selama ini THI Barat yakini. Jadi, tradisi agama seperti Kristen dan Islamsangat signifikan dan perlu secara tegas ditampilkan dalam kajian HI sebagai alternative krisis legitimasi rasional, sekuler, dan modernitas yang menjadi prinsip THI Modern dan nihilisme postmodern.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: